<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d2088782634436562457\x26blogName\x3dBelajar+Mengungkapkan+Kata+Dalam+Tulisan\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://armeink.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://armeink.blogspot.com/\x26vt\x3d7121805960237238141', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Kamis, 28 Agustus 2008

Mencari Sebuah Masjid

oleh :Taufiq Ismail

Aku diberitahu tentang sebuah masjid
yang tiang-tiangnya pepohonan di hutan
fondasinya batu karang dan pualam pilihan
atapnya menjulang tempat tersangkutnya awan
dan kubahnya tembus pandang, berkilauan
digosok topan kutub utara dan selatan
Aku rindu dan mengembara mencarinya

Aku diberitahu tentang sepenuh dindingnya yang transparan
dihiasi dengan ukiran kaligrafi Qur’an
dengan warna platina dan keemasan
berbentuk daun-daunan sangat beraturan
serta sarang lebah demikian geometriknya
ranting dan tunas jalin berjalin
bergaris-garis gambar putaran angin
Aku rindu dan mengembara mencarinya

Aku diberitahu tentang masjid yang menara-menaranya
menyentuh lapisa ozon
dan menyeru azan tak habis-habisnya
membuat lingkaran mengikat pinggang dunia
kemudian nadanya yang lepas-lepas
disulam malaikat menjadi renda-renda benang emas
yang memperindah rumah tempatnya singgah
Aku rindu dan mengembara mencarinya.

Aku diberitahu tentang sebuah masjid yang letaknya dimana
bila waktu azan lohor engkau masuk kedalamnya
engkau berjalan sampai waktu asar
tak bisa kau capai shaf pertama
sehingga bila engkau tak mau kehilangan waktu
bershalatlah dimana saja
di lantai mesjid ini, yang luas luar biasa
Aku rindu dan mengembara mencarinya

Aku diberitahu tentang ruangan disisi mihrabnya
yaitu sebuah perpustakaan tak terkata besarnya
dan orang-orang dengan tenang membaca didalamnya
dibawah gantungan lampu-lampu kristal terbuat dari berlian
yang menyimpan cahaya matahari
kau lihat bermilyar huruf dan kata masuk beraturan
ke susunan syaraf pusat manusia dan jadi ilmu yang berguna
di sebuah pustaka yang bukunya berjuta-juta
terletak di sebelah menyebelah mihrab masjid kita
Aku rindu dan mengembara mencarinya

Aku diberitahu tentang masjid yang beranda dan ruang dalamnya
tempat orang-orang bersila bersama
dan bermusyawarah tentang dunia dengan hati terbuka
dan pendapat bisa berlainan namun tanpa pertikaian
dan kalaupun ada pertikaian bisalah itu diuraikan
dalam simpul persaudaraan yang sejati
dalam hangat sajadah yang itu juga
terbentang di sebuah masjid yang mana
tumpas aku dalam rindu
mengembara mencarinya
Dimanakah dia gerangan letaknya?

Pada suatu hari aku mengikuti matahari
ketika dipuncak tergelincir dia sempat
lewat seperempat kuadranturun kebarat
dan terdengar merdunya azan di pegunungan
dan akupun melayangkan pandangan
mencari masjid itu kekiri dan kekanan
ketika seorang tak kukenal membawa sebuah gulungan
dia berkata:
“Inilah dia masjid yang dalam pencarian tuan”

dia menunjuk ke tanah ladang itu
dan diatas lahan pertanian dia bentangkan
secarik tikar pandan
kemudian dituntunnya aku kesebuah pancuran
air bening dan dingin mengalir beraturan
tanpa kata dia berwudhu duluan
akupun dibawah air itu menampungkan tangan
ketika kuusap mukaku kali ketiga secara perlahan
hangat air terasa bukan dingin kiranya
demikianlah air pancuran
bercampur airmataku
yang bercucuran

Jedah, 30 Januari 1988


Selasa, 26 Agustus 2008

Menjelang Ramadhan

Seminggu menjelang ramadhan sudah terasa ada perubahan suasana, orang sudah mulai membicarakan, mempersiapkan bulan suci Ramadhan. Namun suasana yang menjengkelkan bagi masyarakat banyak adalah naiknya harga-harga kebutuhan pokok, tanpa pemerintah dapat mencegah kenaikan harga-harga tersebut. Malah Pertamina menaikan harga gas elpigi 12 kg mulai hari senin kemarin.

Sebagai muslim, persiapan menghadapi ramadhan yang pertama adalah, apakah shaum tahun lalu yang tertinggal sudah dibayar? Jika belum dibayar maka masih ada waktu untuk membayar kekurangan shaum yang lalu. Kemudian langkah selanjutnya adalah mencek kesehatan. Apabila mengidap penyakit, maka konsultasikan ke dokter, apakah dimungkinkan shaum tahun ini, apa persiapannya, bagaimana mengenai obatnya, jika semuanya O.K Alhamdulillah.

Masjid dan musholla mungkin sejak 3 bulan yang lalu sudah berbenah dengan mencat ulang tembok, membersihkan tempat wudhu, menservice sound system, atau mungkin mengganti karpet seperti yang dilakukan di komplek rumah ku. Kemudian membentuk Panitia Ramadhan dengan tugas menyiapkan sholat tarawih, imam tarawih, buka puasa bersama, zakat fitrah dsb. Kerja panitia selama sebulan penuh.

Begitu pula di pusat perbelanjaan maupun toko-toko yang menyediakan 9 bahan pokok, mereka sudah mempersiapkannya mungkin sejak 3 bulan yang lalu. Kita bisa melihat sudah mulai dipajang stok barang yang berkaitan dengan bulan suci Ramadhan serta barang untuk persiapan lebaran nanti.

Walaupun beban kebutuhan hidup makin memberatkan, namun sebagai muslim itu harus dianggap sebagai ujian dan tidak menjadi beban. Nah kemudian kita tinggal focus saja dan ada baiknya kita mempersiapkan mental menghadapi bulan Ramadhan ini dengan mulai bangun malam layaknya kita sahur, kita bisa berzikir atau tadarus dan bisa juga melaksanakan sholat malam. Sehingga ketika masuk bulan Ramadhan kita telah siap lahir bathin untuk melaksanakan shaum beserta amalan-amalan Ramadhan lainnya.

Marhaban Yaa Ramadhan


Kamis, 21 Agustus 2008

Semoga Tidak

Tulisan ini dapat dikatakan terlambat. Tapi tidak ada salahnya aku kemukakan apa yang ada dalam pikiran, yang rasa sayang apabila dibuang begitu saja karena nyatanya 4 hari setelah kemerdekaan berlalu ide tidak hilang dari pikiranku.

Pikiran itu adalah tidak lepas dari peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 63. sebagian warga masyarakat, tentunya akan ikut merayakan HUT RI tersebut. Perayaan satu tahun sekali ini dirayakan dengan meriah. Begitu pula dalam perayaan HUT RI ke 63 ini, masyarakat merayakan dengan meriah. Tua, muda, miskin, kaya, tanpa membedakan suku, ras, golongan dan agama. Semua tumplek blek, guyub, mencair, tanpa ada sekat satu dengan yang lain. Sehingga pernah ada teman mengatakan perayaan 17-an, adalah pesta rakyat. Aku setuju.

Namun keningku mengerenyit dahi manakala aku membaca berita yang berbunyi , “Presiden SBY” gagal lagi untuk mendatangkan mantan presiden RI dalam perayaan HUT RI di Istana Negara.

Berita ini sungguh menggelitik pikiranku. Dilapisan bawah masyarakat merayakan HUT kemerdekaan RI dengan tulus, gembira dan bersemangat tanpa membedakan, suku, agama, ras dan golongan, partai atau apapun namanya. Sementara di level pimpinan kondisi terbalik dibandingkan dengan level bawah. Kesannya dilevel atas terjadi perpecahan, saling gengsi, tidak menyatu atau apalah istilahnya.

Di level atas kesannya terkotak-kotak, tidak ada kebersamaan, dan barangkali hanya di dasarkan pada golongan atau partainya. Tidak bisakah dalam satu tahun mereka para pemimpin ini berkumpul beberapa jam saja merayakan HUT Kemerdekaan RI ?

Semoga hal ini bukan pencerminan ada sesuatu di Negara kita ?

Membuat Buku

Pada suatu malam sehabis kami makan malam, tiba-tiba istriku dihadapan aku dan kedua anak kami menyatakan niatnya untuk membuat buku, Buku yang hendak ditulisnya adalah mengenai bidang yang selama ini digelutinya yaitu hukum telekomunikasi.

Mendengar niat tersebut, kami cukup surprise, haru sekaligus bangga. Di dalam kesibukannya istriku masih sempat untuk mencurahkan tenaga dan pikirannya, membuat buku, dengan maksud agar ilmu yang dikuasainya dapat juga dibaca disebarkan kepada masyarakat luas. Suatu niat yang sungguh mulia.

Selanjutnya istriku menyatakan ini merupakan suatu bentuk amal jariahnya, karena dengan buku, ilmu dapat terus disebarkan, dibaca, dimanfaatkan, dipelajari, walaupun penulisnya sudah meninggal. Istriku percaya walaupun penulisnya sudah meninggal dunia namun pahalanya tetap mengalir. Aku hanya bisa berkata Insya Allah.

Kedua anakku, dengan antusias menyambut niat istriku. Anakku yang kecil sangat ingat dengan niat ibunya itu. Tiap istriku memegang laptop dia akan berkata : “..mau bikin buku ya bu…” . dia akan protes kepada ibunya, manakala istriku hanya main game dan bukan melanjutkan menulis.

Support dari kami sekeluarga sangat besar, pada suatu akhir minggu kami, aku, istriku serta kedua anak kami pergi ke toko buku mencari bahan-bahan bagi pembuatan buku tsb.. Sementara disela-sela kesibukan aku searching di internet barangkali saja menemukan bahan bagi penulisan buku istriku.

Setiap hendak tidur anakku yang kedua selalu mengingatkan ibunya, apakah hari ini sudah sempat menulis. Lain lagi cerita anakku yang besar, sambil mengobrol berdua dengan ibunya dia akan bertanya pula tentang perkembangan pembuatan buku dimaksud.

Semoga istriku diberikan kekuatan, waktu luang, pikiran yang jernih dalam pembuatan buku dimaksud. Amiin

Jumat, 15 Agustus 2008

Memaknai Ultah Perkawinan

Tanggal 15 Agustus 21 tahun yang lalu, adalah hari bersejarah dalam kehidupan saya, pada tanggal itu, Bapak Mertua, H.M.Risan (Almarhum) menikahkan saya dengan putri keduanya, Dewi Pelitawati, maka resmilah saya sebagai suami istri.

Tidak terasa 21 tahun bahtera kehidupan rumah tangga telah diarungi, manis getir telah dilalui bersama. Hambatan dan rintangan telah diatasi. Namun bukankah senang atau kecewa merupakan bagian dari kehidupan yang biasa dialami semua manusia yang hidup di dunia. Bagi saya pahit getir biarlah berlalu serta tidak perlu dituliskan disini. Yang teringat selalu adalah kenangan indah dalam mengarungi kehidupan dan kemudian yang harus dilakukan adalah merancang, menata, mengisi kehidupan yang tersisa di dunia ini maupun kehidupan setelahnya.

Saya sangat bersyukur, Alloh SWT telah memberikan jodoh, memberikan istri yang sholehah, sabar, menyenangkan hati dan pikiran, menenangkan jiwa, meneguhkan hati dikala ragu, mendorong ketika hilang semangat menegur serta mengingatkan dikala lupa atau salah. Bukan sanjungan atau pujian yang berlebih namun itulah yang dirasakan selama 21 tahun hidup bersama. Betul pertengkaran serta silang pendapat pernah dilakukan, namun itu semua menambah pemahaman serta penghormatan pada masing-masing pihak bahwa kita merupakan pribadi yang unik, pribadi yang berbeda satu dengan yang lain, namun perbedaan itu bukan saling menjauhkan tapi perbedaan itu untuk saling mendekatkan, melengkapi segala kekurangan yang ada sehingga kemudian muncul sikap yang merupakan hasil interaksi dari perbedaan itu.

Pada awalnya begitu sulit untuk memahami serta menghormati perbedaan ini, maunya adalah menang sendiri. Wajar timbul kesulitan, karena masing-masing individu datang dari keluarga, tempat, latar belakang pendidikan, pengetahuan, kebiasaan, budaya, serta pemahaman keagamaan yang berbeda, pokoknya seabrek perbedaan. Perbedaan akan berlanjut manakala, suami istri tersebut masing-masing berkarir kemudian ternyata istri lebih sukses dalam karirnya dibanding suaminya. Apabila tidak pandai mengelola perbedaan ini maka malapetaka yang akan terjadi.

Kita dapat melihat fenomena melalui tayangan televesi, dimana begitu mudah pasangan selebriti yang usia perkawinannya masih seumur jagung namun sudah bercerai. Alasan perceraiaannya sebetulnya tidak begitu berat2 amat serta upaya-upaya untuk mempertahankan rumah tangganya tampaknya belum dilakukan dengan sungguh-sungguh, dalam usia perkawinan yang masih muda ahirnya bercerai. Memang harus disadari perkawinan itu berat, para pasangan harus mempunyai komitmen yang kuat untuk apa perkawinan itu dilakukan, dari sejak awal harus terpikirkan bahwa perkawinan dilakukan untuk seumur hidup sampai maut menjemput. Setelah terpikir baru para pasangan menguatkan niat-tekad-komitmen melangsungkan perkawinan.

Alhamdulillah kami dapat melewati masa-masa krisis dengan penuh perjuangan, kami dapat mengatasi semua resepnya adalah komitmen. Jika direnungkan semua manusia yang hidup tidak terlepas dari cobaan dan rintangan dan itulah hidup, tanpa itu semua terasa bahwa hidup ini tidak bermakna.

Pada sisa umur yang ada ini, terpikir adalah bagaimana mengisi sisa kehidupan dengan lebih banyak beramal sholeh, dengan pengharapan bahwa semoga amal sholeh ini menjadi bekal bagi kehidupan akhirat kelak. Sebagai suami hanya mohon agar keinginan ini selalu kita jalankan bersama, tiada terhenti atau terputus dan selalu saling memberikan dorongan dan semangat diantara kita.

Istriku yang tercinta, selalu kesalahan seperti ini yang suami lakukan, yaitu sering khilaf memberi hadiah pada peristiwa-peristiwa istimewa, begitu pula suamimu ini khilaf pula menyiapkan hadiah di ultah perkawinan sekarang. Terimalah tulisan ini sebagai hadiah ultah perkawinan kita, istriku maafkan suami yang teledor ini.

Ya Alloh yang maha Pengasih lagi Maha Penyayang, pertemukanlah saya dengan istri saya di akherat kelak beserta anak keturanan kami. Amiin.


Kamis, 14 Agustus 2008

Wacana Baju Koruptor

Hingar bingar gebrakan KPK akhir-akhir ini nampaknya mulai mendapat sorotan masyarakat. Berdasarkan pengamatan kami, respon masyarakat ternyata cukup positif atas kinerja lembaga superbody tersebut. Berawal dari penyadapan percakapan jaksa Urip Tri Gunawan dengan Arthalita Suryani yang di perdengarkan pada sidang di peradilan Tipikor Jakarta. Bahkan pembicaraan tersebut malah oleh segelintir masyarakat di jadikan Ring Back Tone di Handphone miliknya. Ujung-ujungnya terjadi mutasi di Kejaksaan Agung.

Antusiasme masyarakat kemudian berlanjut, saat KPK melontarkan ide baju seragam bagi para koruptor yang sedang diperiksa KPK.Media cetak serta media elektronik ramai memberitakan baju ini secara berkelanjutan. Hal yang menarik adalah masyarakat tanpa diminta telah berpartisipasi dengan mengirim contoh model baju bagi para koruptor yang di periksa di KPK, kesuatu TV swasta nasional. Kemudian TV swasta nasional membuat polling untuk menentukan baju model mana yang pantas digunakan oleh para koruptor. Ternyata peserta yang ikut polling jumlahnya sungguh mencengangkan.

Walaupun tidak dipungkiri ternyata masalah ini ada yang kontra terhadap hal ini. Dengan alasan melanggar HAM. Namun patut diingat bahwa tahanan di Kepolisian sudah menggunakan seragam tahanan. Jadi agar tidak dituduh terjadi diskriminasi dalam pemakaian baju seragam, wacana ini patut untuk segera direalisasikan.

Melihat antusiasme masyarakat boleh dikatakatan ini adalah modal yang sangat berharga bagi KPK guna melanjutkan atau membuat gerakan pemberantasan korupsi secara lebih luas dan berkesinambungan. KPK harus lebih cerdik memanfaatkan antusiasme masyarakat ini agar kerja KPK yang sudah dilakukan akhir-akhir ini menimbulkan efek jera bagi para aparat birokrat penyelenggara Negara untuk tidak melakukan korupsi yang sungguh sangat menyengsarakan bangsa ini.


Perilaku tidak biasa

Mengamati perkembangan kasus pembunuhan berantai di Jombang Jawa Timur yang dilakukan oleh Ryan yang konon kabarnya mempunyai perilaku yang tidak biasa. Perilaku yang tidak biasa tersebut dapat dengan mudah ditemui disekitar kita, tetapi masyarakat seolah-olah menutup mata atas kondisi tersebut. Hal ini menimbulkan pertanyaan yang menggelitik, apakah keadan sekarang sudah begitu sedemikian permisive? dan apakah masyarakat sudah dapat dikatakan menerima keadaan yang demikian itu sebagai sesuatu yang lazim?

Jika dibandingkan sekitar tahun 1975, keadaan itu tampaknya memang sudah banyak berubah. Pada waktu itu sebenarnya sudah ada perilaku yang berbeda. Hal itu itu sudah saya saksikan sendiri misalnya ada seorang guru laki-laki yang suka menggerayangi tubuh siswa laki, atau ada seorang yang sebetulnya sudah cukup umur untuk berumah tangga, namun tetap melajang. Setelah sempat diselidiki, ternyata yang bersangkutan senang dengan anak laki-laki yang tampan, suka pegang2 dan ngobrolnya agak “menjurus”. Sekitar tahun 1985 tanpa diduga saya berjumpa kembali dengan orang tersebut. Ketika itu disampingnya nampak seorang anak muda yang cukup ganteng dan macho menyertainya. Sepintas terlihat mereka seperti sebuah pasangan yang sedang kasmaran. Namun untuk menutupi perilaku tersebut tidak dilakukan dengan terang-terangan mereka melakukannya secara sembunyi-sembunyi.

Pada akhir-akhir ini, kita sering disuguhkan acara di Televisi, seorang komedian laki-laki berdandanan layaknya perempuan. Perilaku serta gaya bicaranya meniru perempuan dan memakai pakaian layaknya sebagai seorang perempuan, atau pembawa acara laki2 berperilaku dan berpakaian sebagai perempuan. Istilah awamnya mungkin kita katakan bences. Fenomena ini nampaknya mulai marak dipertontonkan pada kita di depan publik. Terlepas dari nilai jual sebuah acara televisi apakah hal ini sudah menjadi semacam trend, apabila pada setiap acara harus ada pelengkap bences nya.

Masyarakat tidak protes dengan acara Televisi tersebut, padahal jangkauan sangat luas dilihat oleh jutaan penduduk diseluruh Indonesia langsung mendatangi rumah-rumah penduduk. Kemudian sayup-sayup terdengar ada yang mengingatkan kita semua bahwa penayangan acara di televisi itu jika dilihat oleh anak-anak dibawah umur dapat mempengaruhi perlaku anak-anak dibawah umur.

Setelah berpikir sejenak, peringatan tersebut ada benarnya, bukankah anak-anak dibawah umur tersebut masih polos, masih mencari jati diri, masih harus diisi, diarahkan, dibentuk, serta diberi nilai-nilai yang baik dan benar oleh para orang tua. Orang tua yang berkewajiban mengarahkan nilai-nilai mana saja yang dapat diikuti dan mana yang harus ditinggalkan.

Anak-anak kita yang masih polos tersebut, tergantung dari orang tua akan dijadikan apa, mau dibentuk sebagai apa? Semua berpulang kepada orang tua yang telah mendapat amanat dari Allah SWT. Bukankah amanat itu akan dimintakan pertanggung jawabannya?


Memulai kembali menulis

Sudah lama tidak mengunjungi serta membuat tulisan di blog sendiri, berhenti sama-sekali tanpa mencoba barang sejenak untuk menulis, bahkan berhenti untuk merenungkan. Sungguh suatu keadaan yang memalukan ya, susah-susah bikin blog, tapi kenapa tidak aktif membuat tulisan? Suatu teguran yang logis.

Bukan mau membela diri, tapi blog tetap perlu dipertahankan, walaupun proses kreatif mandeg, tapi suatu saat proses kreatif akan muncul mungkin bersinggungan dengan proses yang lain, siapa tahu. Berharap saja semoga proses kreatif tersebut sering muncul diiringi dengan ringan tangan untuk menekan tuts-tuts keyboard, karena kadang kala proses kreatif dalam otak sudah muncul tapi susah untuk menggerakkan jemari untuk menekan tuts keyboard.

Semoga awal tulisan ini merupakan start yang kedua untuk melaju membuat tulisan-tulisan selanjutnya. Adakah resep untuk kreatif dalam menulis? Ditunggu resepnya.