<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d2088782634436562457\x26blogName\x3dBelajar+Mengungkapkan+Kata+Dalam+Tulisan\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://armeink.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://armeink.blogspot.com/\x26vt\x3d7121805960237238141', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Kamis, 21 Agustus 2008

Semoga Tidak

Tulisan ini dapat dikatakan terlambat. Tapi tidak ada salahnya aku kemukakan apa yang ada dalam pikiran, yang rasa sayang apabila dibuang begitu saja karena nyatanya 4 hari setelah kemerdekaan berlalu ide tidak hilang dari pikiranku.

Pikiran itu adalah tidak lepas dari peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 63. sebagian warga masyarakat, tentunya akan ikut merayakan HUT RI tersebut. Perayaan satu tahun sekali ini dirayakan dengan meriah. Begitu pula dalam perayaan HUT RI ke 63 ini, masyarakat merayakan dengan meriah. Tua, muda, miskin, kaya, tanpa membedakan suku, ras, golongan dan agama. Semua tumplek blek, guyub, mencair, tanpa ada sekat satu dengan yang lain. Sehingga pernah ada teman mengatakan perayaan 17-an, adalah pesta rakyat. Aku setuju.

Namun keningku mengerenyit dahi manakala aku membaca berita yang berbunyi , “Presiden SBY” gagal lagi untuk mendatangkan mantan presiden RI dalam perayaan HUT RI di Istana Negara.

Berita ini sungguh menggelitik pikiranku. Dilapisan bawah masyarakat merayakan HUT kemerdekaan RI dengan tulus, gembira dan bersemangat tanpa membedakan, suku, agama, ras dan golongan, partai atau apapun namanya. Sementara di level pimpinan kondisi terbalik dibandingkan dengan level bawah. Kesannya dilevel atas terjadi perpecahan, saling gengsi, tidak menyatu atau apalah istilahnya.

Di level atas kesannya terkotak-kotak, tidak ada kebersamaan, dan barangkali hanya di dasarkan pada golongan atau partainya. Tidak bisakah dalam satu tahun mereka para pemimpin ini berkumpul beberapa jam saja merayakan HUT Kemerdekaan RI ?

Semoga hal ini bukan pencerminan ada sesuatu di Negara kita ?